Cak Lontong- Salam Lemper |
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk sosial yang
berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Bentuk dan cara penyampaian
informasi yang digunakan bisa bermacam-macam dan menyesuaikan konteks yang
sedang dihadapi. Austin (1962) di dalam bukunya How to Do THINGS with
WORDS mengemukakan pandangannya bahwa dalam mengutarakan tuturan,
seseorang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu. Penutur dalam
menyampaikan tuturannya bisa dilakukan dengan dialog atau monolog. Dialog biasa
dilakukan oleh penutur yang berbicara dengan mitra tuturnya, sedangkan monolog
adalah cara penutur menyampaikan informasi kepada orang lain namun tidak ada
respon langsung dari mitra tutur.
Menurut Morris (1960) pragmatik
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik
dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda
bahasa itu diinterpretasikan, yang dimaksud orang menurut definisi tersebut
adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur. Menurut Leech (1993:8),
Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi
ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan
yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.
Pragmatik menurut Levinson (Purmo,
1990:17) mengkaji empat hal meliputi dieksis, praanggapan, tindak tutur dan
implikatur. Dieksis mempelajari ungkapan bahasa yang rujukannya berganti-ganti
tergantung siapa yang berbicara, kepada siapa ia berbicara, dimana ia
berbicara, dan kapan ia berbicara. Praanggapan menelaah anggapan yang dimiliki
oleh masing-masing orang yang terlibat pembicaraan atau penuturan. Tindak tutur
menelaah tindakan yang dilakukan penutur dalam berbicara atau mengucapan
sesuatu. Implikatur adalah suatu ujaran yang mengandung informasi atau maksud
yang tersembunyi dan dapat ditafsirkan menjadi bermacam-macam pengertian.
Sesuai dengan empat hal di atas, peneliti memilih implikatur sebagai kajian
penelitian.
Secara sederhana implikatur adalah
makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh yang tersurat
(eksplikatur). Implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan
suatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Menggunakan implikatur
dalam percakapan berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Grice (dalam
Soeseno, 1993:30 via Mulyana) mengatakan bahwa implikatur ialah ujaran yang
menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang
berbeda tersebut maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Artinya,
implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang
tersembunyi.
Monolog dengan maksud atau ungkapan
hati yang tersembunyi maupun untuk menyindir kini lebih terkenal dengan sebutan
Stand Up Comedy, Komedi tunggal
(Stand-up comedy), yang secara harfiah dapat diartikan sebagai "komedi berdiri”, merupakan salah satu
genre profesi melawak yang pelawaknya membawakan lawakannya di atas
panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Lawakan
mereka biasanya direkam dan kemudian dijual menjadi melalui DVD, internet, atau
televisi. Orang yang melakukannya dinamakan Stand
Up Comedian, Stand Up Comic, atau
disebut Comic. Biasanya para Comic membawakan materi mereka dengan
gaya monolog, walaupun ada beberapa jurus yang
mengharuskan mereka berinteraksi dengan penonton.
Para Comic Stand Up Comedy banyak ditemui dengan
karakteristik berbeda-beda. Ujaran yang disampaikan biasanya mengangkat
persoalan yang sedang aktual dengan memberikan sedikit humor namun tetap ada
makna-makna ujaran sindiran. Acara Stand Up Comedy ini salah
satunya ditayangkan oleh stasiun Metro TV. Pelawak monolog terkenal Indonesia,
yang aktif di Stand Up Comedy,
misalnya Raditya
Dika, Cak Lontong, Dodit Mulyanto, Mongol, Ernest Prakasa, Pandji Pragiwaksono, Ge Pamungkas, Ryan Adriandhy, Pras
Teguh, Gilang
Bhaskara, Boris Bokir, Insan Nur Akbar, Jui
Purwoto, Budi
Kusumah, Mo
Sidik, Asep Suaji, Topenk, Kemal
Palevi, Babe Cabita, Fico, Arie
Kriting, Alphi Sugoi, Bene, dan Alison Bule Bandung. (dalam wikipedia.org)
Alasan penulis meneliti implikatur
dalam acara Stand Up Comedy oleh Cak Lontong di stasiun Metro
Tv karena banyak ditemukan implikatur yang disampaikannya. Pelawak senior, bernama asli Lies Hartono yang lahir di Magetan, 7 Oktober 1970. Pelawak asal Indonesia ini lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), yang serba bisa dengan segala situasi, baik dalam berkelompok,
maupun tampil tunggal. Karirnya dimulai dengan grup lawak Ludruk Cap Toegoe di Surabaya, dan kemudian terkenal setelah menjadi bintang di Republik BBM asuhan Effendi Ghazali, tampil reguler di Stand
Up Comedian (komika) di Stand Up Comedy Show (Metro TV), panelis di Indonesia Lawak Klub (ILK) di Trans 7. Kemudian Komedi Kampus So Pasti (SCTV), Pentas Sejuta Aksi (Pesta) (Indosiar),
Negeri Impian (Metro TV), Sentilan Sentilun (Metro
TV), Stand Up Comedy Show (Metro TV), Sekolah Menjadi Komedian (Trans7) sebagai juri, Pasahur (Trans7), Kopi Susu (Jak tv), CLBK (Cak Lontong dan Bang Komeng) (Trans7), Deal or No Deal Indonesia Season 3 (Global TV) dan bahkan sempat bermain film
berjudul Comic. (dalam wikipedia.org)
Cak Lontong memiliki karakter
atau kekhasan tersendiri, yang sangat berbeda dengan pelawak lainnya, seperti
menggunakan salam lemper sebagai kata pembuka. Cak Lontong
dikenal sebagai pelawak yang jago plesetan dan anekdot. Ia juga dituntut untuk
cerdas, rada nyinyir, bisa
menganalisa, dan mampu menawarkan solusi dari setiap topik yang diangkat. Banyak
para Comic menyampaikan materi yang bersingungan
dengan masalah kritik sosial dan sara. Padahal banyak
materi yang tidak harus membuat sakit hati orang atau tersinggung, Cak Lontong
selalu mencari materi dari premis-premis sederhana baik dari sebuah kata atau
istilah, misalnya tentang kata sabar,
takut, atau istilah mikir dan gaptek.
Ia terkenal dengan lawakan yang lucu
dan mengena tanpa menjelek-jelekkan dan merendahkan pihak lain. Lawakannya
sederhana dan disampaikan dengan bahasa baku terstruktur, namun mengandung
logika absurd yang menantang
pendengar untuk berpikir. Cak Lontong juga terkenal sebagai ahli silogisme dan
kadang suka menyelipkan peribahasa ciptaannya. Implikatur tersebut menyinggung
permasalahan sosial, politik, bahkan mengenai pendidikan. Jadi, selain itu Stand
Up Comedy merupakan salah satu media yang tergolong baru dalam
menyampaikan sebuah kritikan sehingga perlu dikaji. Stand Up Comedy juga
bisa dijadikan sebagai tontonan yang menghibur namun terlihat cerdas karena
lelucon yang disampaikan mempunyai maksud-maksud tertentu. Penonton tidak hanya
terhibur karena bisa tertawa namun juga mempunyai pengetahuan baru mengenai
persoalan yang sedang aktual dibicarakan dengan kemasan yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implikatur-implikatur yang ada
dalam Stand Up Comedy yang dilakoni
oleh Cak Lontong, yang fokus temanya tentang pendidikan. Harapannya, semoga
dengan adanya artikel hasil penelitian ini kita lebih bisa memahami tentang
implikatur, sehingga bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan peneliti lainnya.
Metode
Penelitian
Menurut KBBI (2002:1093) subjek
penelitian merupakan pokok pembicaraan atau pokok bahasan dalam penelitian,
sedangkan objek penelitian berarti hal yang dijadikan sasaran untuk diteliti.
Subjek penelitian ini adalah bahasa yang digunakan comic dalam
acara Stand Up Comedy oleh Cak Lontong di Metro Tv. Objek
penelitian ini adalah implikatur dalam acara Stand Up Comedy oleh
Cak Lontong di Metro Tv. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif Kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati
(Moleong, 2002:6). Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan dari
masalah yang diselidiki.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik simak, teknik dokumentasi dan teknik catat.
Teknik simak dilakukan untuk menyimak data yang akan diteliti. Teknik simak ini
menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) yaitu si peneliti hanya
berperan sebagai pengamat pengguna bahasa oleh para informannya (Mahsun,
2004:93). Teknik SBLC alat yang digunakan adalah diri peneliti sendiri.
Akan tetapi dalam teknik SBLC peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut
menentukan pembentukan dan pemunculan salon data, kecuali hanya sebagai
pemerhati (Mahsun, 2004:93). Stand Up Comedy oleh Cak Lontong
ini yang ditayangkan di Metro Tv. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengunduh video Stand Up Comedy oleh Cak
Lontong dari YouTube, yang
diunggah tanggal 17 April 2013, tujuannya adalah untuk
melihat kembali tayangan tersebut sehingga proses penelitian menjadi lebih
mudah. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan
metode simak dengan teknik di atas. Teknik catat dalam penelitian ini dilakukan pada saat
selesai terkumpul. Teknik catat dilakukan untuk memindahkan data pada kartu
data dan mengklasifikasikan kartu data. Hasil analisis kartu data dimasukkan ke
dalan lembar analisis data agar dapat disesuaikan dengan konteksnya.
Selanjutnya menginventariskan data sesuai dengan objek penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Setelah data dikumpulkan dan
dianalisis, ditemukan beberapa implikatur dalam tindak tutur pada acara Stand Up Comedy yang disampaikan oleh Cak
Lontong. Hal itu sesuai menurut Grace (dalam Mulayana, 1975:44) bahwa
implikatur ada dua jenis, yaitu implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Berikut ini
merupakan penjelasan dari kedua implikatur tersebut.
1.
Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional ialah
implikatur yang ditentukan oleh arti konvensial kata-kata yang dipakai.
Maksudnya adalah pengertian yang sifatnya umum dan konvensional. Semua orang
umumnya sudah mengetahui (mafhum) tentang maksud dan pengertian sesuatu hal
tertentu. Hal ini terdapat dalam Stand Up
Comedy yang dibawakan Cak Lontong, sebagai berikut:
“Makanya saya tidak pernah terlambat masuk sekolah, itu perlu dicatat, itu
prestasi”
Implikasi umum yang dapat diambil
antara tidak pernah terlambat, perlu
dicatat, dan prestasi. Artinya
implikatur itu muncul bahwa selama ini banyak peserta didik, siswa dan
mahasiswa yang datang terlambat ke sekolah atau ke kampus, karena tidak
menghargai waktu. Hal ini pula harus menjadi catatan bahwa, jangan sampai
datang terlambat datang ke sekolah atau ke kampus ketika kuliah. Secara logika,
siswa atau mahasiswa yang berprestasi mayoritas didominasi oleh orang-orang
yang menghargai waktu dan tidak bermalas-malasan. Kata-kata yang diucapkan Cak
Lontong, sebenarnya sudah diketahui oleh orang semua orang, hanya saja masih
banyak yang sulit melakukannya. Makna tersirat di kalimat di atas yaitu,
bermakna direktif, bahwa Cak Lontong
berpesan, jangan pernah terlambat datang ke sekolah, meskipun di sana tidak ada
kata-kata perintah, menyuruh, atau menyarankan secara langsung.
“Saya mengamati anak saya sendiri. Saya punya anak yang
bakatnya persis sama dengan saya. Saya pantau pendidikannya, karena saya ingin
dia sukses dalam pendidikan. Setiap selesai ulangan, saya tanya; bagaimana tadi
ulangannya. Anak saya ini jujur, diajawab dari sepuluh soal hanya satu yang
salah.”
Implikasi ini bisa diambil dari kata; saya
mengamati anak saya sendiri, Saya pantau pendidikannya, karena saya ingin dia
sukses dalam pendidikan, menjelaskan bahwa Cak Lontong adalah orang tua
yang bertanggungjawab dan sangat perhatian pada pendidikan anaknya. Hal ini
karena ia tahu bahwa pendidikan itu penting, sehingga anaknya harus sukses di
dunia pendidikan. Selain itu, kalimat; Anak
saya ini jujur, diajawab dari sepuluh soal hanya satu yang salah, mengartikan
bahwa anaknya Cak Lontong adalah seorang anak yang jujur, rajin, dan pintar.
“Begitu nilai evaluasi dibagi, nilainya jelek, saya protes. Ini pasti ada
kesalahan, mungkin nilai temannya yang dimasukkan. Saya datangi wali kelas.”
Pernyataan di atas juga menunjukkan bahwa Cak Lontong merupakan orang tua
yang peduli dengan pendidikan anaknya, sehingga apabila ada kekurangan (nilai)
pada anaknya, apa lagi tidak sesuai dengan kenyataan, dia berani untuk protes. Secara
pragmatis, kalimat di atas mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang merasa
keragu-raguan, tidak percaya atau belum yakin dengan apa yang terjadi, kita
berhak ditelusuri, dan dicari tahu penjelasan, alasan-alasan, atau penyebab
yang pasti, mislanya dengan secara langsung menanyakan ke pihak yang
bersangkutan, yaitu wali kelas.
2.
Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan memiliki makna
dan pengertian lebih bervariasi. Pasalnya pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan
sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan
hanya muncul dalam suatu tindak percakapan (speech act). Oleh karena itu,
implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak
percakapan), dan non kenvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai
relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan) (Levinson, dalam Mulayana, 1991:177).
Hal ini terdapat dalam Stand Up Comedy yang
dibawakan Cak Lontong, sebagai berikut:
Cak Lontong : “Buk,
saya tahu persis anak saya jujur. Ketika saya tanya,
dari sepuluh soal yang
dikerjakan hanya salah satu. Betul?”
Wali Kelas : “Betul
Pak.”
Cak Lontong :
“Kenapa nilainya jelek?”
Jawaban Ibu Guru yang sangat menyakiti hati saya, karena
soalnya seratus. Anak saya Cuma menjawab sepuluh, itu pun salah satu.”
Percakapan antara Cak Lontong dan Wali Kelas, mengandung implikatur yang
bermakna bermacam-macam. Bisa bermakna representatif, misalnya kalimat; “Buk, saya tahu persis anak saya jujur.
Ketika saya tanya, dari sepuluh soal yang dikerjakan hanya salah satu. Betul?” yaitu
melaporkan, meskipun tidak ada kata lapor di sana. Selanjutnya, kalimat; “Kenapa nilainya jelek?” bisa bermakna
direktif salah satunya menuntut, atau bermakna ekspresif, yaitu mengkritik atau
mengeluh, selain itu juga bisa bermakna komisif, yaitu ancaman. Hal ini terjadi
karena dalam kalimat pernyataan sebelumnya Cak Lontong yakin anaknya pintar,
sehingga dia protes ketika mengetahui nilai anaknya jelek. Namun kenyataannya, anaknya
yang tidak menjawab semua soal, sehingga nilainya jelek. Pertanyaan yang
diajukan Cak Lontong sebelumnya bisa membuat rasa malu (kehilangan muka) bagi
Cak Lontong (penutur) sendiri.
Daftar Rujukan
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2014/10/01/belajar-mudah-standup-comedy-692368.html. Belajar
Mudah Standup Comedy. Diunduh 25 Desember 2014.
http://suc.metrotvnews.com/article/ensiklopedia/13. Istilah dalam Stand Up Comedi. Diunduh
25 Desember 2014.
Tulisan ini sebagai Tugas Akhir Matakuliah
Kajian Tindak Tutur di Magister FBS UNP,
diampu oleh Dr.Ngusman Abdul Manaf, M.Hum.
0 Comments
Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !