Queen of Pearl Mahakarya Laut Selatan Indonesia


www.kabarbisnis.com
Lautan Indonesia, bukan hanya menjanjikan kawasan pantai yang mempesona. Tapi  kekayaan alamnya juga menyimpan ribuan jenis ikan, terumbu karang, dan biota laut  yang mencengangkan dunia. Terutama mutiaranya diakui dengan julukan Queen of Pearl di dunia.” .

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah. Salah satunya menyimpan kekayaan SDA yang melimpah dari berbagai biota laut. Negara yang terkenal dengan negara kepulauan di Asia Tenggara ini memiliki luas lautan yang hampir 70 persen dari total keseluruhan luas negara. Lebih 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di terumbu karang lautan Indonesia. Bahkan 14 persen terumbu karang dunia ada di lautan Indonesia.
                              
Indonesia yang terkenal sebagai negara kepulauan di Asia Tenggara ini bukan hanya terkenal dengan pesona pantai yang indah. Banyaknya terumbu karang yang dimiliki Indonesia juga menyimpan jutaan biota laut, terutama ikan. Bahkan adanya terumbu karang tersebut, lautan Indonesia juga menghasilkan mutiara terbaik, salah satunya di laut selatan, yang dikenal dengan sebutan Indonesia South Sea Pearl (ISSP).

Pasalnya mutiara ini diambil langsung dari cangkang kerang bibir perak dan bibir emas (Pinctada Maxima) yang sangat langka di dunia. Kerang ini juga merupakan terbesar di dunia, biasanya rata-rata 15 mm, dan bahkan bisa mencapai 22 mm, serta waktu yang dibutuhkan memproduksinya bisa mencapai 4-6 tahun. Warnanya putih keperakan, cream kememasan, serta juga menghasilkan mutiara silver, dan kuning. Biasanya South Sea Pearl (SSP) banyak ditemukan di laut tropis yang hangat, seperti di Samudra Hindia bagian Utara sekitar Australia, Indonesia bagian selatan, dan Filipina bagian selatan.

Meskipun menurut data ekspor SSP ini juga banyak diproduksi di beberapa negara, seperti Australia, Filipina, dan Myanmar. Namun kualitas mutiara ISSP dari kerang Pinctada Maxima asli Indonesia masih yang terbaik, dan hanya mampu menghasilkan satu mutiara dalam satu induk kerang. Harganya bisa mencapai US$25-US$100 per gram untuk diekspor. Makanya mutiara SSP ini salah satu jenis mutiara termahal di dunia, yang sangat jauh berbeda dengan mutiara air tawar Cina atau China Fresh Water Pearl (CFWP). Pasalnya CFWP dari jenis kerang Hyrriopsi ini mampu menghasilkan jumlah banyak dalam sekali produksi, makanya dipasaran lebih banyak ditemukan CFWP dibanding ISSP. Sehingga ISSP memang menjadi mutiara dan perhiasan yang sangat ekslusif.

ISPP memiliki keunikan tersendiri dibanding mutiara lainnya, selain narce alami, tebal, megah, serta kilauannya yang menakjubkan. Sehingga siapapun yang memakainya pasti akan menjadi sorotan mata oleh kilauan dan kesempurnaan cahayanya. Makanya tidak salah jika Pinctada Maxima juga disebut Queen of Pearl. Sebab itu pula Indonesia begitu lengket dengan kesan perhiasan yang megah. Oleh sebab itu pula ISSP menjadi incaran dan sangat digemari diperdagangan internasional.


Mutiara terbaik dunia dari Indonesia (Facebook Indonesian Pearl Festival 2016)
Berdasarkan informasi dari www.kbr68h.com, menyatakan populasi ISSP didominasi dari daerah perairan pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sebanyak 27 jenis warna mutiara yang dihasilkan. Tiga warna yang paling diminati ialah warna emas, perak, dan perunggu. Selain itu, area titik kumpul mutiara lau Indonesia ini terdapat bagian utara perairan Arafura, dan ke arah timur melewati Selat Torres, yaitu selat yang memisahkan Australia dan Papua. Sayangnya, banyak pihak yang berpikir mutiara itu dari Australia, Tahiti, Hawai, padahal asli dari laut Indonesia (Indonesia origin).

Berdasarkan infomasi www.cnnindonesia.com pula bahwa kualitas mutiara hasil laut Indonesia sudah mulai menggema dan memasuki pasar internasional. Bahkan, seorang ahli biota dari Australia, Joseph Taylor pun mengakui Indonesia sebagai tempatnya SSP terbesar di dunia. Hanya saja orang pribumi Indonesia sendiri banyak yang tidak tahu, dan masih bangga dengan mutiara dari negara lain. Padahal sebagai warga negara Indonesia seharusnya bangga, sebab Queen of Pearl atau ratunya mutiara aslinya dari hasil laut Indonesia.

Data tahun 2013-2014 menyatakan estimasi produksi lokal SSP Indonesia berhasil menembus 5,400 kg, dan nyaris 50 persen dari total estimasi produksi global yang 12,700 kg. Sementara untuk nilai ekspor mutiara mentah negara Indonesia berhasil menyumbang US$ 65-70 juta, atau 30 persen dari nilai ekspor global yang mencapai US$ 200 juta. Setiap tahun Indonesia bisa mengekspor 4,5 hingga 5,5 ton per tahun, bahkan pernah mencapai 7 ton. Ternyata meskipun Indonesia terbesar dalam jumlah SSP, sebanyak 42 persen, nilai produknya hanya 32 persen. Pasalnya karena mutu mutiara Indonesia belum mencapai potensi terbaik. 

Akibatnya pusat trading mutiara laut masih di Jepang, hampir 80 persen dari semua mutiara laut, seperti South Sea Pearl, Akoya Pearl, dan Black Pearl. Selain itu, meskipun Indonesia penghasil mutiara terbaik, nilai perdagangannya masih di bawah Hongkong, China, Jepang, Australia, Tahiti, USA, Swiss, dan Inggris. Sementara tujuan ekspor mutiara Indonesia adalah Jepang, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Barau, dan Perancis. Lihat empat jenis mutiaran dunia, Indonesia penghasil SSP terbesar di dunia di sini.

Maka inilah tanggungjawab kita semua, terutama pemerintah di bidang Kelautan dan Perikanan, untuk bisa berkolaborasi dengan semua pihak, terutama sektor teknologi dan industri. Selain itu memanfaatkan teknologi sangat diperlukan untuk pembudidayaan ISSP ini. Tentunya teknologi terbaru sekaligus ramah lingkungan, agar tidak merusak ekosistem biota laut, dan hasil ISSP lebih bisa lebih banyak dan bermutu. Sebab, terlalu sangat disayangkan jika tersedianya kekayaan alam yang melimpah tapi tidak dimanfaatkan atau dikelola dengan baik.

Jaga Ekosistem Laut
Luasnya lautan Indonesia, banyaknya terumbu karang, serta besarnya jumlah SSP yang dihasilkan negara Indonesia selama ini, menandakan kekayaan alam yang dimiliki oleh negara yang berdaulat ini. Sudah saatnya pemerintah menggali lebih serius potensi SSP ini, agar selalu bisa menghasilkan mutu mutiara yang terbaik. Hal ini tentu akan bisa meningkatkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian negar, sekaligus membawa nama baik negara Indonesia dikancah internasional sebagai penghasil mutiara terbaik di dunia.

Terumbu karang sebagai tempat hidupnya biota laut, termasuk mutiara.
(www.nationalgeographic.com)
Salah satu cara yang bisa ditempuh ialah, berusaha menjaga ekosistem laut, terutama menjaga kelestarian terumbu karang. Selama ini keberadaan terumbu karang banyak yang belum dijaga dan dilestarikan dengan maksimal, sehingga hanya beberapa persen saja berpredikat sangat baik akibat banyaknya terjadi kerusakan. Sesuai data Program Rehablitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia (Coral Reef Rehabilitation Management Programe) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dari 87,707 km2 terumbu karang di Indonesia, hanya 6,83 persen berpredikat sangat baik (excellent).

Artinya, sangat banyak terumbu karang di lautan Indonesia yang masih perlu dijaga dan dilestarikan ekosistemnya agar tidak rusak. Soalnya kerusakan terumbu karang, akan beroengaruh besar terhadap eksosistem kekayaan laut. Sehingga biota yang ada di laut, terutama yang hidup di terumbu karang akan semakin berkurang, terutama ikan. Selain itu, kerusakan terumbu karang akan mempengaruhi keberadaan kerang sebagai biota laut yang menghasilkan butiran mutiara. Akibatnya Indonesia sebagai penghasil SSP terbesar akan semakin berkurang pula.

Keberadaan terumbu karang sangat penting demi keberlangsungan ekosistem biota laut. Terumbu karang sebagai pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia yang mampu menjaga struktur alami berbagai spesies yang ada di dalamnya. Kekayaan yang dimiliki terumbu karang mampu menaungi jutaan spesies ikan, serta biota laut lainnya. Tentunya kekayaan dan keindahan terumbu karang ini juga sebagai bukti kekayaan alam yang dimiliki lautan Indonesia. Tanggungjawab besar keberadaan spesies terumbu karang ini berada pada pundak masyarakat Indonesia, terutama pemerintah. Sekali lagi, sangat disayangkan rasanya kekayaan alam yang melimpah, tapi tidak dijaga, dilestarikan, dan dimanfaatkan dengan baik.

Gelar Event Berkelanjutan
Selain jaminan finansial yang sangat menjanjikan, jumlah permintaan mutiara Indonesia juga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tentu ini sangat berpengaruh besar dengan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama penggiat mutiara. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI), tahun 2013 tercatat 23 perusahaan sebagai pelaku usaha mutiara di Indonesia, yaitu sebanyak 17 perusahaan swasta, 6 Perusahaan Modal Asing (PMA). Kemudian 21 perusahaan tersebut sudah tergabung dalam Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI). Selain itu, perusahaan tersebut mampu menampung puluhan ribu tenaga kerja. Lihat jumlah perusahaan mutiara di Indonesia terkini, di sini. 


Banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang mutiara ini tentu harus punya wadah sebagai tempat berbagi dan sharing. Tujuannya, selain memperkenalkan, mempromosi, sekaligus juga menguatkan brand mutiara terbaik di Indonesia ini. Salah satunya dengan mengadakan agenda atau event khusus mengenai mutiara terbaik dari Indonesia ini. Tentunya selain kegiatannya harus menarik, kegiatannya juga harus bisa dilakukan secara berkelanjutan, sehingga kita dan masyarakat tahu perkembangan mutiara budidaya atau industri mutiara. Salah satu agenda besar yang telah dilakukan pemerintah, terutama oleh Direktorat Jenderal Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) adalah pameran yang bertajuk Indonesia Pearl Festival (IPF).
Th6 Indonesia Pearl Festival 2016 (Facebook Indonesian Pearl Festival 2016)
IPF ini dilakukan dalam rangka promosi sekaligus menguatkan branding ISSP ini ditingkat domestik dan internasional. Pameran tahunan yang bertajuk Indonesia Pearl Festival ini sudah dimulai sejak 2011 lalu, dengan tujuan meningkatkan daya saing produk dan usaha mutiara Indonesia. Tahun ini IPF sudah memasuki tahun ke-6. Sesaui informasi, "6Th Indonesia Pearl Festival 2016" ini diagendakan mulai tanggal 9-13 November 2016 mendatang, di Lippo Mall Kemang Jakarta Selatan dengan tema "The Magnificient Indonesian South Sea Pearl."

"6Th Indonesia Pearl Festival 2016" ini biasanya menyuguhkan berbagai acara yang menarik, mulai pameran mutiara terbesar, lelang mutiara, sekaligus juga sebagai ajang Fokus Grup Dsikusi (FGD) terkait semua seluk-beluk mutiara, terutama ISSP. Tentunya, yang tidak kalah hebohnya ialah pengunjung akan menyaksikan berbagai desain perhiasan dari mutiara. Pernak-pernik dan kilauan cahaya perhiasan akan menyinari ruangan "6Th Indonesia Pearl Festival 2016" ini. Nah, bagi pemburu sekaligus pembudidaya mutiara event ini sangat bagus untuk dikunjungi.

Harapannya, dengan adanya "6Th Indonesia Pearl Festival 2016" ini diharapkan membawa ide cemerlang bagi penggiat budidaya mutiara, sekaligus bagi pecinta mutiara. Tentu IPF 2016 ini juga ajang pameran sekaligus momen penting untuk mengenalkan ISSP sebagai mutiara terbaik dunia ke semua lapisan masyarakat Indonesia, juga kepada negara lain. Semoga ke depannya ISSP dari Indonesia ini tidak dipandang sebelah mata, atau diklaim sebagai brand oleh negara lain. Sebab, asal Queen of Pearl terbaik dunia merupakan asli dari Indonesia.

Perlunya Pengakuan dan Ketegasan
Kita harus akui, Indonesia yang terkenal sebagai negara kepulauan dengan hasil lautnya yang melimpah, sekaligus pemilik terumbu karang terbesar di dunia. Tapi bukan hanya sebatas itu, sebagai negara yang berdaulat dan bermartabat Indonesia harus mengakui bahwa Indonesia penghasil mutiara terbaik di dunia, terutama masyarakat Indonesia. Sebab, selama ini masyarakat (sok) kebarat-baratan, lebih memburu barang atau produk dari luar negeri. Padahal produk yang dibeli itu banyak yang dihasilkan dari Indonesia, termasuk mutiara, sebab dijual oleh orang luar negeri dengan label negara mereka.

Intinya masyarakat Indonesia terlebih dahulu mengakui, sekaligus mencintai produk (mutiara) dalam negeri. Apabila masyarakat Indonesia sendiri merasa bangga dengan adanya  produk mutiara yang dimiliki, negara lain pun akan lebih melirik dan mengakui mutiara Indonesia sebagai mutiara terbaik dunia. Tentunya pemerintah punya andil yang besar dalam hal ini, terutama industri kreatif yang menggeluti produksi mutiara. Sebab selama ini yang terjadi ialah belum adanya pengakuan dari masyarakat dan pemerintah Indonesia sendiri melalui kementerian kelautan dan perikanan.

Indonesia saat ini butuh gebrakan baru dalam menangani permasalahan ini. Soalnya banyak daerah penghasil SSP di Indonesia namun belum dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Daerah Indonesia penghasil SSP terutama di Papua Barat (Raja Ampat), Nusa Tenggara Barat (Lombok/Sumbawa), Bali (Buleleng/Karang Asem), Nusa Tengga Timur (Labuan Bajo/Maumere/Laruntuka/Alor/Kupang), Maluku Selatan (Aru/Seram/Banda/Tual/Tanimbar), kemudian daerah Maluku Utara (Halmahera), bahkan Sulawesi (Manado/Bitung/Sulawesi Tengah/Kendari), Sumatera (Lampung), dan Jawa (Banyuwangi Madura). Lihat lokasi sentra produksi pengembangan kerang/tiram Pinctada Maxima di sini.

Nampaknya pemerintah harus bekerja keras dalam menggali potensi SSP yang sangat besar ini. Keberadaan mutiara ini selain mengharumkan nama Indonesia ditingkat internasional, juga akan mampu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, salah satunya melalui ekspor. Namun, pemerintah juga harus tegas agar tidak ada pihak yang merusak terumbu karang, atau biota laut yang ada di Indonesia. Selain itu ketegasan pemerintah harus berani memberi label atau branding yang permanen, sebagai bentuk pengakuan dunia internasional mutiara asli Indonesia, agar tidak diklaim oleh negara lain.

Perhiasan yang terbuat dari Queen of Pearl terbaik dari Lombok Indonesia.
(www.rumahseniindonesia.com)
Ketegasan dan pengakuan ini sangat penting dilakukan, karena akan menyakut produksi dan kualitas ekspor. Jika mutiara Indonesia tidak diakui sebagai mutiara terbaik, jumlah ekspor akan berkurang karena kurang diminati negara lain. Tetapi jika adanya Indonesia sebagai label pemilik mutiara terbaik dunia, tentu negara lain pasti akan berbalik dengan mengimpor mutiara dari Indonesia. Selain itu, kementerian dan kelautan juga harus bisa bekerjsama dengan industri kreatif lokal untuk mengolah ISSP ini.

Industri kreatif di dalam negeri ini diharapkan bisa memproduksi dan mengekspor mutiara barang jadi. Cara ini ditempuh untuk mengurangi ekspor mutiara mentah, agar sekaligus juga bisa mengurangi resiko klaim hak milik oleh negara lain. Sebab selama ini sering terjadi, karena mengekspor mutiara mentah, maka setelah menjadi barang siap pakai negara lain memberi label mutiara dari hasil laut mereka. Selain itu, jika ekspor mutiara siap pakai tentu harganya jauh lebih mahal. Suatu saat, bukan tidak mungkin ISSP bisa sebagai usaha penyumbang devisa terbesar di negara ini.

Oleh sebab itu pula, pemerintah sangat perlu untuk bekerjasama dengan semua pihak, terutama dengan masyarakat yang bergelut dibidang industri kreatif. Upaya ini terutama kementerian kelautan dan perikanan, dan kementerian pariwisata dan industri kreatif, agar bisa berkolaborasi dengan baik. Khusus untuk semua masyarakat Indonesia pecinta mutiara, terutama kaum perempuan Indonesa yang selalu terpikat dengan keindahan mutiara, jangan malu menggunakan mutiara dari negeri sendiri, tapi malulah memburu produk negara lain. Semoga ISSP tetap selalu menjadi mutiara di hati. Sebab, generasi yang cinta pada produk negerinya sendiri, itulah mutiara yang sesungguhnya. Semoga! *

_________________________________________________________________________________
# Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog  Indonesia Pearl Festival 2016.

0 Comments