Kecewa, Ditutup Ketika Dibutuhkan


Apa jadinya ketika yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita diharapkan. Tentunya rasa kecewa akan membelit raga, hati, dan pikiran. Apalagi telah berusaha semaksimal mungkin. Sedih memang, sudah mengorbankan raga, tapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kekecewaan itu terjadi ketika beberapa minggu yang lalu. Tepatnya ketika mengisi KRS online Program Praktek Lapangan Kependidikan (PPLK).
Semua itu menurutku berawal ketidak konsistenan pihak kampus dalam mengelola sistem online ketika jadwal pengisian KRS itu berlangsung. Awalnya merasa senang, karena fakultasku mendapat giliran yang pertama. Sayangnya, jadwal yang ditetapkan oleh pihak UPPL, pukul 08.00 tanggal 9 Januari, namun di portal kampus tertera pukul 08.00 tanggal 10 Januari, begitu juga pengumuman di spanduk depan Rektorat kampus. Tentu saja hal itu sangat meragukan para mahasiswa, sehingga banyak yang begadang mulai dari tanggal 9 tersebut.
Melihat pengalaman semester-semester sebelumnya, pukul 00.00 wilayah PPLK yang tertera di portal sudah penuh, karena sistem rebutan, siapa cepat dia dapat. Hal itu yang mendorongku untuk mempersiapkan rencana dengan matang, walau banyak yang harus dikorbankan, mulai melawan rasa dinginnya malam, rasa kantuk, hingga uang untuk perbekalan begadang. Namun yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul. Sehingga mengharuskan begadang pada malam berikutnya, tanggal 10 Januari. Kembali lagi aku beserta ratusan mahasiswa lainnya agar setia menunggu dengan jantung yang berdegup kencang, berharap mendapat tempat PPLK sesuai yang diinginkan.
Star dari ba’da isya, hingga pertengahan malam, degupan jantung semakin kencang penuh rasa was-was. Hufs..., keluh-kesah semakin mengumbar. Ternyata pengisian KRS juga belum bisa dilakukan. Aku lihat, sebagian tidak kuat, sehingga mengharuskan untuk terlelap sebentar. Sedangkan aku dan beberapa mahasiswa lainnya tetap bertahan hingga fajar menyingsing. Pagi itu, tanpa mandi serta dengan mata layu tetap semangat mencoba, menanti yang ditunggu-tunggu.
Rasa malu mulai luntur. Betapa tidak, mahasiswa yang lain mulai berdatangan ke kampus dengan wajah yang bersih, cerah, dan dengan bau harum yang semerbak. Sedangkan aku, menyentuh air pun belum. Aku percaya diri saja, tanpa harus menghiraukan mereka. Bagiku hal terpenting, aku harus lolos mendapat tempat PPLK sesuai yang aku inginkan. Jam semakin bergulir menunjukkan pukul 07.30, degupan itu semakin kencang saja. Apalagi ketika salah seorang temanku mengirim sebuah pesan lewat Handpone. Memberitahu bahwa pengisian KRS sudah bisa dilakukan.
Sungguh membuatku kesal, portal kampus disekitar kampus tidak bisa lagi dibuka. Terbilang cukup lama. Tepat pukul 08.45 baru portal sudah dibuka kembali. Sayangnya, semua tempat PPLK yang diharapkan sudah penuh semua. Pilihan yang tersisa tentunya di daerah-daerah yang cukup jauh dari kampus. Hati ini terasa linglung, pikiran mulai bercampur aduk, tidak tahu arah yang dituju, tidak tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang didahulukan. Tanpa sadar ternyata kunci motorku pun hilang entah kemana.
Lebih mengecewakan lagi, ternyata yang mendapat tempat PPLK wilayah yang diperebutkan, semuanya mahasiswa yang online di warnet, di kos, bahkan di kampung, yang tidak perlu menghabiskan waktu untuk begadang dengan malam panjang. Tentunya wilayah yang lebih dekat dengan kampus yaitu sekolah-sekolah di daerah Kota Padang. Sungguh terasa tidak adil, seharusnya portal kampus tentu yang lebih diutamakan dibuka di daerah kampus, namun kenyataannya mahasiswa yang menghabiskan waktu di kampus, malah merenggut kekecewaan.
Komat-kamit mulai terekspos begitu saja. Mahasiswa mulai mengeluarkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Pihak Pusat Komputer (Puskom) kampus pandai melakukan tipuan atau bermain belakang. Walaupun sudah mulai melakukan tepat waktu, namun tetap saja dianggap selalu tidak konsisten. Tepat memulai sesuai waktu yang ditetapkan, tetapi tidak konsisten dengan apa yang seharusnya didahulukan. Portal kampus, namun ditutup pada wilayah kampus. Jika takut membludaknya mahasiswa yang begadang untuk online di sekitar kampus, tentu ditutupnya portal dengan menggunakan wireless kampus bukanlah solusi yang tepat. Tetapi yang jelas, seharusnya portal kampus lebih diutamakan untuk wireless di wilayah kampus. Semoga bisa lebih baik!
Wahyu Saputra
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNP.



0 Comments