Krida Ekstrakurikuler Yel-yel

Umumnya, setiap mahasiswa baru (Maba) memasuki perguruan tinggi, mereka dihadapi dengan beberapa agenda-agenda wajib sesuai peraturan kampusnya masing-masing. Kegiatan tersebut mulai dari Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Walaupun kegiatan ditingkat universitas itu telah usai, namun di fakultas masing-masing masih banyak agenda wajib mengantri untuk Maba. Salah satunya bernama Krida, kegiatan ekstrakurikuler tingkat fakultas untuk melengkapi kegiatan kurikuler dengan tujuan membentuk sikap dan kepribadian serta mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan mahasiswa baru. Di fakultas saya, sebelumnya berjumlah delapan bidang, namun sekarang terbagi dalam sembilan bidang seperti bidang drama, jurnalistik, tari, kerohanian, seni rupa, musik, film dan fotografi, serta  english club.
Awalnya tentu mahasiswa baru yang seumur jagung menduduki bangku kuliah merasa linglung menentukan pilihannya, sebab selain tugas kuliah yang menumpuk juga banyaknya agenda yang harus diikuti. Hal itu mengingatkanku tiga tahun yang silam, bahwa banyaknya kegiatan membuat pikiran tidak fokus. Masih jelas diingatanku, “kegiatan Krida ini wajib diikuti Maba, sertifikatnya untuk syarat wisuda, mengajukan beasiswa, dan syarat masuk organisasi di kampus ini,” tegas seorang panitia waktu itu. Panitia yang membimbing mayoritas delegasi ormawa dari berbagai jurusan di tingkat fakultas masing-masing, sedangkan panitia dari pihak fakultas hanya hadir diawal dan diakhir kegiatan saja Jika dilihat dari segi peserta, mahasiswa baru yang mengikuti krida mayoritas banyak yang sekedar ikut-ikutan saja, bukan menurut minat atau bakat yang mereka miliki.
Disisi lain yang sangat menyedihkan lagi, acaranya selalu menoton. Dari tahun ke tahun materi yang diberikan hanyalah penghafalan yel-yel masing-masing bidang. Sehingga yang terasa hanyalah kegiatan membuang-buang waktu, ujung-ujungnya sebagai ajang perperangan yel-yel antar bidang. Hufs, kekecewaan mulai menghampiri ubun-ubun. “Seandainya nanti aku jadi panitianya, bukan sekedar yel-yel yang aku utamakan, tapi merubah pola pikir positif mahasiswa dengan ilmu pengetahuan yang aku miliki.”
            Sekarang hari-hari tiga tahun yang silam itu telah menjadi kenangan, status peserta berubah menjadi panitia. Sembari meluruskan niatku yang dulu, Alhamdulillah dua tahun berturut-turut menjadi panitia Krida sebagai Koordinator Bidang Jurnalistik. Walaupun sampai sekarang belum terasa manfaat sertifikatnya, paling tidak kekecewaan yang dulu mulai berangsur-angsur memudar, mahasiswa baru mulai kuarahkan dengan niat tulus. Walaupun harus kalah dalam jumlah dan perptempuran yel-yel di akhir Krida nantinya. (Wahyu Saputra, Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia UNP)

0 Comments