Potret Nasionalisme Ala Bola

“Garuda didadaku…..”
“Garuda kebanggaanku…..”
“Kuyakin hari ini pasti menang….”

Mungkin itulah kata-kata yang acap kita dengar semenjak Timnas Indonesia mulai bisa menaklukkan lawannya di piala AFF sampai ke putaran babak final. Lantunan lirik lagu Band Netral itu bukan saja terjadi di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta saja, namun merambah di seluruh penjuru Nusantara.
Euforia kemenangan Timnas ini melanda semua negeri,
seakan memberikan suntikan moral serta semangat baru kepada bangsa Indonesia untuk bangkit. Mungkin semula masyarakat hanya menonton di rumahnya masing-masing, mahasiswa menonton di kosnya masing-masing, dan beraktifitas pun menurut kemauannya masing-masing demi kebahagiaan pribadi sesaat.
Tetapi, setelah Garuda menampakkan kibaran sayapnya dengan menundukkan lawannya, semuanya berbaur menjadi satu tanpa memandang usia untuk menyaksikan serta memberi dukungan kepada Timnas Indonesia, dengan satu suara Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku…
Sungguh menakjubkan, lagu kebangsaan Indonesia Raya mendadak bergema dari mulut-mulut anak bangsa secara berjemaah. Putra-putra bangsa di Timnas ibarat benih-benih nasionalisme yang memukau semua masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Rasa nasionalisme yang begitu tumbuh dalam waktu singkat, 90 menit ini, membawa momentum sejarah penting, terlihat anak-anak bangsa mulai memberikan contoh rasa memiliki darah Indonesia yang sejati.
Bangkitnya sepak bola Indonesia ini sangat berdampak pada rasa nasionalisme bangsa yang seolah sudah mulai pudar, kini kembali membara. Berbagai orang yang berbeda kepentingan, tujuan, bahkan suku kembali dipersatukan oleh aksi permainan Timnas yang selalu memukau para penggemar bola di tanah air.
Hal ini bukan saja menimbulkan dampak bagi status individu tertentu saja, tetapi terlihat dari semua golongan dan usia. Di sini sangat terlihat antusias masyarakat Indonesia untuk bersatu mendukung putra tanah air dalam mengharumkan nama bangsa ini.
Terlihat jelas para pejabat mulai menghilangkan sejenak tentang masalah serta kasus-kasus yang selama ini memuakkan. Para petani, pedagang mulai menghilangkan penat, begitu juga para mahasiswa mulai merefresh putaran otaknya sejenak dari tugas-tugas yang membosankan demi bersatu menikmati rasa nasionalisme yang dipupuk anak bangsa yang membanggakan di lapangan hijau.
Lega memang, kekhawatiran lunturnya nasionalisme di negeri ini sedikit terobati. Sepakbola menjadi virus baru penggugah nasionalisme bangsa. Dulu, masyarakat memang bangga dengan memakai kostum serta aksesoris pemain negara luar, tetapi sekarang ribuan bahkan jutaan putra-putri Indonesia, pemuda, pelajar, dan mahasiswa malah lebih bangga memakai kostum tanah air berlambangkan burung garuda.
Bahkan semua orang dipenjuru Nusantara mulai rebutan mengincar kostum tersebut di pasaran maupun di toko-toko kostum bola, demi mendukung timnas tanah air kesayangannya dengan mengibarkan corak warna merah putih bertuliskan Indonesia.
Nampaknya mulai terlihat masyarakat Indonesia akan lebih bangga memakai produk dalam negeri dan meninggalkan produk luar negeri. Benar-benar bukan sekadar euforia semu belaka. Nasionalisme cara sepakbola ini cukup menjadi pelajaran mahal sekaligus penting, untuk bangsa yang tercabik-cabik oleh berbagai kepentingan sesaat.
Di sepakbola, bangsa ini bisa belajar banyak bagaimana putra-putra bangsa dari berbagai daerah, bersatu memperjuangkan Indonesia, hanya mengaku anak Indonesia, bukan yang lain. Mereka berjuang tidak untuk politik, daerah asal, partai, agama, golongan, tetapi putra-putra terbaik bangsa di Timnas hanya berjuang untuk Indonesia yang satu. Sayangnya, setelah Timnas Garuda dipatahkan sayapnya oleh Harimau Malaya, sebagian masih ada rasa nasionalismenya mundur.
Namun sebagian lagi, walaupun Timnas kalah masih banyak yang merasa bertahan, bangga bahkan memuji timnas Garuda sebagai kemampuan serta kekuatan persatuan bangsa ini. semoga semua hal ini bukan hanya sementara, bukan sebatas permainan sepak bola liga AFF saja, bukan hanya sekedar menang piala AFF belaka, tetapi harapan kita semua rasa persatuan ini berlanjut sampai akhir masa.
Agar bangsa kita bisa menunjukkan kepada dunia, kepada negara lain bahwa Indonesia memang negara yang besar, negara yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi terhadap tanah airnya, menjadi Indonesia sejati untuk meraih kemenangan yang sesungguhnya. Semoga!

Wahyu Saputra, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP TM 2008.
Dari berbagai Sumber
Artikel ini pernah dimuat di Media Harian Haluan Padang

0 Comments