Penulis : Mohammad A. Syuropati
Penerbit : Syura Media Utama
Cetakan : 1, Mei
2012
Tebal : 144
Halaman
Harga : Rp. 23.800,-
“Ya Allah, Tuhan sekalian alam! Hari ini hatiku gelisah, hamba takut
kehilangan dia. Tolonglah hamba! Demi cintaku kepada-Mu dan demi cintaku
kepadanya, semoga Engkau selamatkan dia dari segala marabahaya! Amin.”
Sepotong
do’a yang diucapkan oleh seorang gadis kepada-Nya untuk kekasihnya yang
sedang melaut. Do’a yang diucapkan oleh gadis yang berhati mulia itu sebagai
tanda cinta pada sang kekasih hati, yang sedang mengarungi badai di lautan
untuk mencari nafkah, atas izin dari-Nya. Do’a itu ditemukan pada sebuah cerita
yang berjudul Kemilau Cinta Seorang
Nelayan, yang dimuat pada antologi cerpen yang berjudul Pelangi Cinta di Atas Sajadah.
Buku antologi cerpen Pelangi Cinta di Atas Sajadah ini merupakan buah karya tangan
seorang penulis bernama Mohammad A. Syuropati. Antologi cerpen cinta penyejuk
iman ini memuat sebanyak 15 buah kisah-kisah religius yang sangat menggugah. Kisah-kisah
yang ada dalam antologi ini ditampilkan oleh penulis dengan bahasa yang sangat
sederhana sekali, sehingga pembaca bisa lebih memahami makna yang terkandung di
dalamnya.
Kisah-kisah yang muncul pada umumnya bertemakan
tentang cinta, namun selalu ada unsur-unsur Islami di dalamnya. Sehingga tidak
terkesan memamerkan kisah cinta belaka, tetapi penulis berusaha menampilkan hikmah-hikmah
yang bisa dipetik disetiap alur cerita. Dalam buku antologi cerpen ini terlihat
penulis memuatkan kisah-kisah cinta yang ada pada dunia nyata pada zaman
sekarang ini.
Apabila buku ini dibaca, kisah yang dimuat penulis
seakan-akan pernah terjadi dan kita temui di lingkungan kita, tetapi ending pada setiap kisah tersebut terasa
juga antara ada dan tiada. Artinya penulis memasukkan unsur imajinasi, seolah-olah
hal itu benar adanya atau bahkan sulit dipercaya hal itu bisa terjadi. Misalnya
ada percakapan Malaikat dengan Tuhan di alam kubur, tentang balasan kelakuan
baik atau buruk yang dikerjakan manusia selama di dunia, seperti dalam salah
satu kisah Cintanya Bukan Untuk Dia.
Di awal, dalam pengantar, buku antologi cerpen ini pembaca
sudah disambut dengan cerita tentang penciptaan langit dan bumi oleh Allah
beberapa juta tahun lalu. Allah meniup riuh cinta ke dalam jiwa langit dan
bumi, karena adanya ruh cinta itu langit dan bumi saling mencintai, sehingga
adanya kehidupan di muka bumi. Ketika malam, langit meneteskan embunnya di bumi
hingga fajar, yang menumbuhkan bunga, rerumputan, dan pohon-pohon yang
menghasilkan buah.
Kemudian ada juga sajian tentang ketika Allah menciptakan
makhluk pertama sebagai penghuni bumi, yang terbuat dari api yang diberi nama Bani Jaan (bangsa Jin). Disusul oleh makhluk
yang kedua yang terbuat dari nyala api, bernama bangsa Iblis, untuk memerangi
bangsa Jin yang memporak-porandakan kehidupan di bumi. Kemenangan diraih oleh
bangsa Iblis, yang dipercayakan untuk mendapat tempat yang istimewa di sisi
Allah.
Setelah itu, Allah ingin menciptakan mahkluk yang
paling sempurna dengan beberapa proses. Mulanya menciptakan mahkluk air jadilah
bangsa ikan, kedua jadilah bangsa reptil, ketiga mahkluk bersayap jadilah
bangsa burung. Kemudian keempat mahkluk bersayap tidak bisa terbang, jadilah
bangsa unggas. Kelima makhluk tidak bersayap, jadilah bangsa binatang berkaki
empat. Keenam mahkluk berkaki, bertangan, dan berbulu banyak jadilah bangsa
kera. Terakhir, pada tahap ketujuh Allah berhasil meramu mahkluk yang paling
sempurna.
Mahkluk yang paling sempurna itu Allah ciptakan dengan
berkaki dua, bertangan dua, tanpa memiliki banyak bulu, yaitu bangsa manusia
yang bernama Adam. Bangsa manusia ini dibekali dengan akal dan syahwat, agar
berpikir dan meneruskan keturunan. Semua malaikat tunduk kepada Adam atas
perintah dari Allah, sedangkan Iblis membangkang karena dia diciptakan dari api
sedangkan Adam dari tanah liat.
Kemudian bangsa Iblis ditangguhkan, dikeluar dari
keistimewaan istana surga Allah, dan diizinkan menggoda manusia-manusia yang
tidak beriman maupun yang beriman. Hal inilah yang disajikan oleh penulis
kisah-kisah dalm buku antologi cerpen Pelangi
Cinta di Atas Sajadah ini. Cerita
yang dikisahkan dikaitkan dengan dunia religius yang bersifat Islami. Ada cinta
yang bersifat nafsu, akhirnya mendapat malapetaka, ada juga yang berlandaskan cinta
karena-Nya mendapat kebahagiaan tiba-tiba.
Kisah seputar cerita antara dunia dan akhirat tidak
pernah dijauhkan penulis dalam buku antologi cerpen Pelangi Cinta di Atas Sajadah ini. Sehingga jika kita hayati, banyak
hal yang dapat menginspirasi dan memberi motivasi diri dalam buku ini. Tentunya
cerita yang ada bertujuan untuk memberi nilai tambah dalam hal beribadah. Hal
itu karena buku ini salah satu media bacaan sebagai hiburan sekaligus penyejuk
iman bagi pembaca yang budiman.
Resensiator: Wahyu Saputra
Resensi ini pernah dimuat di Media Harian Singgalang, 13 Januari 2013
0 Comments
Jika bermanfaat tolong sebarkan dengan mencantumkan sumber yang jelas. Terima Kasih !