Buah Manis Ikhlas dan Sabar


Judul               : Cermin Hati Ikhlas dan Sabar
Penulis            : Enno El-Khairity
Penerbit          : Elex Media Komputindo
Cetakan          : 1, September 2008
Tebal               : 202 Halaman
Harga              : Rp. 32.000,-
                                                                                                     
Ikhlas bukan sekedar bersih hati, bukan berarti pasrah dalam cobaan, juga bukan mengikuti arus air, karena air yang mengalir begitu saja belum tentu menuju tempat yang benar. Sabar, bisa jadi cara kita berlapang dada atas musibah yang menimpa, dan memahaminya sebagai takdir yang harus dijalani sambil terus berusaha mencari pemecahannya. Ikhlas dan sabar, mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Mungkin kita butuh cermin untuk bisa ikhlas dan bersabar.
Kesabaran bukanlah kata yang gampang diucapkan, tetapi merupakan bentuk keikhlasan kita untuk lebih bisa menerima kenyataan yang ada. Hal itulah yang digambarkan Cermin Hati Ikhlas dan Sabar buah karya penulis yang bernama Enno El-Khairity. Buku ini berkisah tentang gambaran-gambaran hati yang ikhlas dan sabar tersebut. Di dalam buku ini terdapat 25 kisah nyata tentang keikhlasan dan kesabaran seseorang. Cerita-ceritanya sangat menyentuh yang mampu membuat kita lebih kuat untuk berlaku ikhlas dan sabar.
Enno mengungkapkan cerita-cerita di dalam buku ini dengan santai, yang benar-benar menggambarkan sebuah kenyataan. Salah satu cerminan hati ikhlas, Hati yang Mendua yang menceritakan tentang seorang suami yang mencintai wanita lain. Wanita itu tidak lain adalah rekan kerjanya sendiri. Keadaan seperti tentunya merupakan ujian yang berat bagi seorang istri. Berbagai cara telah dilakukan oleh sang istri untuk menghentikan niat suaminya.

Sepasang suami istri tersebut hidupnya mulai dingin. Setiap hari antara keduanya selalu ada perdebatan. Sang suami tidak mau bercerai dengan istrinya, namun juga tidak bisa menghindar dari wanita yang selalu ada di hadapannya. Sang istri mulai pergi meninggalkan rumah tercintanya, membawakan anak-anaknya ke rumah orang tuanya. Hari-hari sang istri selalu digunakan untuk berikhtiar dan berdo’a. Akhirnya, sang istri mulai sadar dan ikhlas menerima keputusan suaminya untuk menikah lagi.
Semua itu dilakukan oleh sang istri karena dia tahu bahwa setiap bahtera rumah tangga yang dijalani ada ujiannya. Selain itu sang istri juga tahu bahwa ada hikmah dibalik keikhlasannya. Hal itulah yang membuat sang istri bertahan dan menerima ketentuan-Nya. Semua orang mungkin mencibir keputusan sang istri, tetapi dia selalu berbaik sangka bahwa itu merupakan jalan hidup yang lebih baik bagi suaminya dengan istri kedua. Hari-hari ujian dalam rumah tangga berlalu dengan harapan yang lebih baik dengan kelulusan yang prima.
Selain sikap ikhlas, dalam buku ini terdapat beberapa kisah orang-orang yang sabar. Orang yang memiliki sikap sabar ini bukan orang yang sembarangan. Sikap sabar tidak semua orang mampu menjalaninya. Tentu orang yang mampu bersikap sabar ini merupakan orang pilihan. Innallaha Maashabirin, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Sikap sabar di dalam buku ini diawali kisah Demi Cita-cita. Seorang anak petani miskin yang mampu kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri, bergengsi di Sumatera. Namanya Firmansyah, dia masuk kuliah melalui jalur PMDK. Di masa kuliah Firmansyah berjuang keras untuk biaya hidup. Firmansyah tidak malu menjadi tukang Becak, walaupun dia mendapat ejekan pahit dari teman-temannya.
Firmansyah juga tidak segan menekuni hidup menjadi buruh Cuci pakaian teman-temannya sendiri. Hari-hari dilalui Firmansyah dengan penuh semangat. Akhirnya karena Firmansyah mendapat predikat berturut-turut di fakultasnya, beasiswa mengalir begitu saja menawarkan bantuan. Disaat ujian skripsi Firmansyah pun tidak dihalangi rintangan, semuanya berjalan mulus. Firmansyah lulus dengan summa cumlaude, dinobatkan sebagai sarjana termuda di bidang pangan dan gizi.
Cerita tersebut mewakili cerita tentang keihklasan dan kesabaran. Masih banyak lagi cerita-cerita tentang tema yang sama, dengan alur, latar, dan tokoh yang berbeda. Setelah membaca buku ini, pembaca akan tahu bagaimana sikap ikhlas dan sabar yang sesungguhnya. Pembaca akan tergugah untuk bisa menjadi bagian dari orang yang ihklas dan sabar dalam menjalani hidup.

Resensiator: Wahyu Saputra
Resensi ini pernah dimuat di Media Harian Singgalang, 28 April 2013

0 Comments